SUPRAPTO
SANG PEKERJA KERAS
Terik
matahari yang menyengat kulit, tak jadi halangan untuk meneruskan pekerjaannya
mengangkat barang dari kapal. Hanya sia-sia rasa lelah yang ada tergambar
diraut wajah keriputnya, melangkah menuju warung disudut gedung kosong.
Sepiring
nasi, segelas air teh manis hangat, bak surga bagi buruh yang sederhana ini.
Begitu lahap mengahabiskan makan siang suprapto(50) lelaki paruh baya asal
kendal, yang ditemui disela waktu istirahatnya bekerja sebagai buruh angkat
barang di pelabuhan batu 6.
“Tot..
TOOOOOOOt”!teriakan kapal barang terdengar sangat riuh dikawasan pelabuhan yang
menandai telah dimulainya aktifitas angkat barang sekitar pukul 8 pagi,
badannya yang kecil berusaha mengumpulkan tenaga untuk mengangkat barang-barang
dari badan kapal sehingga tetesan keringat pun bercucuran membasahi wajah dan
seluruh tubuhnya. Bekerja banting tulang seperti ini harus mampu suprapto
lakukan sampai pukul 10 malam.suprapto diberi upah kotor sebesar 50.000 rupiah
per hari dan dipotong unutk makan jadi 25.000 rupiah. Setelah 2 minggu bekerja,
barulah diberi upah 400.000 ribu rupiah sehingga bisa pulang dan memberi nafkah
nuntuk anak dan istri. “kalau lembur bisa dapat sampai 700.000 ribu, saya Cuma
tamatan SD ya inilah kerja yang bisa saya lakukan untuk keluarga,” kata
Suprapto.
Dari
upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, suprapto selalu berusaha
untuk menyisihkanuang bagi pendidikan ank-anaknya. 3 anaknya yang kini masih
mengenyam pendidikan di SMP dan SD membutuhkan biaya yang cukup banyak. “ saya
hanya bisa terus berusaha dan berdoa, insayallah rezeki itu akan datang dengan
sendirinya. Keinginan saya tidak
muluk-muluk, saya ingin melihat anak-anak bisa mengenyam pendidikan,
sholeh dan bisa berbakti pada orang tua,”tutur suprapto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar