Minggu, 07 Juli 2013

RUMAH TAK LAYAK HUNI



RUMAH TAK LAYAK HUNI
BINTAN - Maturiang (76), warga Kampung Sekar Jaya, RT 16 RW 05 Desa Toapaya, Kecamatan Toapaya, Bintan, Kepri, selama 30 tahun tinggal di gubuk. Rumahnya ini tak layak untuk menjadi sebuah tempat tinggal. Itulah yang mampu dilakukan Maturiang. Dinding rumah hanya terbuat dari kayu bekas dan seadanya. Begitu juga dengan kondisi atap gubuk Maturiang yang menggunakan terpal bekas.
Atap yang berasal dari terpal, ketika musim hujann gubuk atap rumah Maturiang bocor. Ia terkadang basah kuyup ketika hujan datang. Yang paling menyedihkan, ketika hujan terjadi pada malam hari, Maturiang harus kedinginan dan tidur dengan bersimbah air.
Di usianya yang sudah cukup tua, Maturiang harus menderita dengan nasibnya ini. Tak hanya itu saja, ketika hujan melanda, Maturiang kerab memindah-mindahkan gubuk di lokasi sekitar.
Ketika membangun gubuknya di bawah pohon yang besar, ia hanya melakukan sendiri tidak ada bantuan dari siapapun. Berpindah-pinda gubuk ini guna memastikan tidak terjadi kebocoran ketika angin dan hujan datang.
Bahkan untuk meneruskan hidup ini, Maturiang harus bekerja mengambil upah membersihkan rumput dan kebun warga. Dari pekerjaan membersihkan rumput di rumah warga maupun di Kebun, kakek tua ini hanya berpenghasilan Rp 5 hingga Rp 10 ribu.
Kendati ia sudah menetap lama di Kabupaten Bintan dan sudah memiliki Kartu Keluarga (KK) Bintan. Walau saat ini banyak bantuan berupa pembangunan rumah tidak layak huni (RTLH).
Namun rumah Maturiang belum tersentuh bantuan tersebut. Memang gubuk yang ia tempat itu bukan tanah miliknya, ia hanya menumpang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar